Jumat, 03 Oktober 2008

POTRET DESA TERPENCIL

Potret Desa Terpencil di Brebes 
Semua Penduduk Pria Merantau 
 DESA Cilibur, Kecamatan Paguyangan, Brebes, memiliki keunikan tersendiri yang membuat desa itu berbeda dari desa lain. Keunikan itu karena lebih dari 50% warganya adalah perantau. Bahkan, ada dukuh yang seluruh warganya perempuan. Sementara suami, tidak ada di rumah alias bekerja di rantau. Kesan sepintas ketika memasuki jalan desa ini cukup mengesankan. Beberapa bangunan rumah permanen bergaya modern, berjajar rapi di sepanjang kiri kanan jalan. Suasana ini cukup menjadi penghibur bagi pengguna jalan setelah melewati tanjakan yang rusak berat dari Kota Bumiayu. Tidak seperti layaknya desa terpencil, penduduk Desa Cilibur tampaknya sangat mengikuti perkembangan mode. Hal ini terlihat dari kendaraan yang lalu lalang di jalan desa. Sebagian besar adalah motor keluaran pabrik
ternama dengan usia di atas tahun 2000. Sebagian warganya pun cukup modis dengan berbagai aksesori busana yang aneh untuk ukuran orang pedesaan. "Mereka itu warga yang bekerja di perantauan. Kalau pulang pasti bawa barang-barang dari kota," kata Kepala Desa Cilibur Suwargi ketika ditemui di kantor desa setempat. Penjual Bubur Dia mengungkapkan, mayoritas warga Cilibur adalah perantau yang berprofesi sebagai penjual bubur ayam. Mereka tersebar di berbagai wilayah di Jawa Barat, seperti Jakarta, Bekasi, dan Bogor. Sebagai contoh Dukuh Tengah. Sebanyak 42 kepala keluarga yang tinggal di dukuh itu, seluruhnya merantau ke luar daerah. Praktis, pada hari-hari biasa seperti sekarang, penduduk yang ada hanya perempuan dan anak-anak. Sedangkan warga pria hanya kelihatan dua bulan sekali saat pulang menjenguk keluarga. Keberadaan para perantau di Desa Cilibur telah mengangkat perekonomian desa. Bahkan, hal itu dibuktikan dari kondisi ekonomi keluarga para perantau. Rumah permanen yang berjajar di sepanjang jalan desa adalah milik perantau yang ditinggali anggota keluarga mereka. Suwargi menambahkan, terdapat 9.837 penduduk Cilibur yang terbagi dalam 2.371 rumah tangga. Selain menjadi perantau, mereka adalah petani dan buruh tani yang menggarap 642.205 hektare lahan pertanian di desa tersebut. Di antara warga Cilibur, terdapat pula yang masuk dalam kategori miskin, yaitu 600 keluarga. Mereka bekerja sebagai buruh tani dan tinggal di rumah-rumah semipermanen hingga nonpermanen. Sangat Berat Meski telah tersentuh peradaban modern, akses menuju Desa Cilibur tergolong sangat berat. Hal itu karena jarak tempuh lokasi desa terjauh dari pusat Kota Bumiayu, yakni 15 kilometer yang dipenuhi bebatuan besar dan jalan aspal berlubang. Menurut Kepala Badan Perwakilan Desa (BPD) Cilibur Nuridin, tiga tahun lalu jalan menuju Desa Cilibur masih mulus karena baru selesai diaspal. Namun, baru tiga bulan berselang, kondisi jalanan sudah mulai rusak dan berlubang. "Jalannya ikut pemborong. Waktu dibangun jalan mulus tapi setelah pemborongnya pergi, jalannya jadi rusak," ujar dia. Kini kerusakan benar-benar sudah sangat parah. Selain kendala transportasi, masalah yang dihadapi desa itu adalah listrik. Salah satu pedukuhan yaitu Dukuh Ancik yang dihuni 156 keluarga, hingga saat ini belum menikmati aliran listrik. Hal itu telah berkali-kali diusulkan ke Pemkab dan Dewan. Upaya warga mendapat respons dari Dewan dan dijanjikan akan dimasukkan dalam perubahan anggaran tahun ini. Nuridin menambahkan, Desa Cilibur sebenarnya memiliki potensi wisata hutan, yaitu hutan Candi Pangkuan. Hutan itu memiliki keunikan karena dihuni ratusan kera jinak. Pada hari-hari tertentu seperti Minggu dan libur, hutan itu dikunjungi warga dari luar kota yang ingin menikmati keindahan pemandangan hutan dan melihat kera. Namun, potensi itu hingga kini belum tergarap optimal, karena jalur transportasi menuju hutan Candi Pangkuan masih sulit. Meski masih banyak kekurangan, sebagian besar warga desa menyatakan sangat berterima kasih kepada Pemkab, pemerintah kecamatan, serta anggota Dewan atas kepedulian terhadap Desa Cilibur. Nuridin mengungkapkan, tahun ini desanya akan memperoleh bantuan pembangunan DAM penahan banjir di Sungai Longkrang. "Tahun ini kami juga dijanjikan anggota Dewan dari Paguyangan akan memperjuangkan realisasi saluran air untuk warga yang kekurangan air," katanya. (Suwandono-37)

Tidak ada komentar: